29.6.11

Teks Syarah Ihya' 9 (Indonesia)


http://www.youtube.com/watch?v=au9bM01hmAc


Selanjutnya kata Imam Al-Ghazali ... sebagaimana dalam catatan itu saya tulis 'Hikmah Al-Ghazali 1'. Hikmah-hikmah Al-Ghazali ini saya kumpulkan agar bisa dijadikan sebuah buku ringkas, sebagaimana mencontohi kitab Hikamnya Ibnu 'Ataillah.

Kata Imam Al-Ghazali: "Akhirat itu di hadapan, dunia itu di belakang.
Ajal itu dekat. Perjalanan itu jauh. Perbekalan itu sedikit. Bahaya itu besar. Dan jalan itu tertutup. "Ini kata-kata Imam Al-Ghazali. Apa maksud kata-katanya ini?

Dia bilang akhirat itu di hadapan, dunia ini di belakang. Ajal, maksudnya mati itu, dekat. Sedangkan perjalanan itu jauh. Bekal pula sedikit. Bahaya pula besar dan jalan itu pula tertutup. Yang ini kita harus perincikan. Ia kelihatan sederhana, nampak mudah, tapi sebenarnya ada banyak materi di dalamnya.

Yang pertama Imam Ghazali berkata: "Akhirat itu di hadapan." Mengapa akhirat itu di depan? Akhirat itu di depan karena kita sekarang sedang menuju ke akhirat, tapi kita tidak menyedari. Akhirat itu di depan kita, kita sedang maju, maju, maju, maju ... karena kita sedang menuju kepada kematian. Kita bukannya sedang mundur. Kita lahir-lahir aja, kita secara otomatis sedang menuju ke akhirat. Lahir aja, maksudnya kita sedang menuju ke akhirat. Sebab itulah dikatakan akhirat itu di depan. Dunia ini kita makin tinggalkan ke belakang.

Misalnya kita dari bumi ini mahu pergi ke bulan. Kita naik roket. Meskipun kita masih berada dalam ruang udara bumi, tapi sebenarnya kita sedang meninggalkan bumi. Bumi sudah di belakang, bulan nun jauh di hadapan. Maka tujuan kita itu (iaitu bulan) yang harus diutamakan, bukan (utamakan) perkara yang bakal kita tinggalkan. Sebab itulah dia mengatakan: "Akhirat itu di depan."

Kenapa dunia ini di belakang? Ingat kembali kata Imam Al-Ghazali: "Akhirat itu di depan, dunia itu di belakang"? Mengapa dia omong begitu?

Dunia di belakang karena semakin lama ia semakin kita tinggalkan. Makin tinggal, makin tinggal, makin tinggal ... bukan makin mendekat dengan dunia, makin ditinggal. Hari kematian kita itu sebenarnya semakin mendekat. Hari kita dilahirkan itu pula, semakin lama semakin menjauh. Meskipun kita baru lahir kemarin, tapi kita tetap sedang bergerak menuju hari mati. Begitu kisahnya.

Bila kita sudah faham seperti ini, tentunya ada tindakan yang harus kita ambil. Antara tindakannya kita harus selalu Zikrul Maut - ingat mati. Sebelum tidur malam nanti kita ingatlah: "Malam ini matikah aku?" Dengan cara pikir mati ini kita akan bersemangat ingin tambah keimanan, tambah ilmu, tambah amal. Itu yang dikatakan: "Cukuplah mati sebagai peringatan."

Masalahnya sekarang, kita ini takut untuk memikirkan tentang mati. Sedar-sedar ...sudah mati. Itu lagi bahaya. Lebih baiklah kita selalu ingat: "Matikah aku?" Yang itu lebih membantu.

Selanjutnya Imam Al-Ghazali berkata: "Ajal itu dekat." Kenapa dikatakan ajal itu dekat? Karena mati ini sedang menghampiri, hampir, hampir. Ia bukannya pergi, pergi, pergi. Yang pergi, pergi, pergi adalah dunia. Yang datang, datang, datang adalah mati. Makin lama makin dekat. Selanjutnya dikatakan ajal itu dekat karena ia bisa terjadi pada bila-nila masa. Ia boleh berlaku pada ketika yang kita tidak sangka-sangka. Dan datangnya itu dengan amat pantas, kalau Tuhan menginginkan begitu.

Seterusnya ajal itu dekat karena malaikat maut bias sampai dalam tempoh waktu yang sangat cepat. Dia amat hampir dengan kita, kita tidak akan bisa mencegahnya. Walu kita berdiam dalam potongan es, dalam peti beku, duduk dalam peti besi, di mana-mana sekalipun, dia tetap bisa melepasi. Sebab itulah dikatakan ajal itu dekat.

Maka kita kena selalu merenungkan…. Kapan agaknya aku ini mati? Sebentar lagikah? Tidak mustahil! Atau sekarang, tidak mustahil juga. Ketika mengajar tiba-tiba pingsan! Orang rasa nadi, tahu-tahu sudah tidak ada nyawa. "Oh, udah mati ustaz yang mengajar ini." Bisa terjadi.

Ketika kita tidur malam nantikah mati? Mungkin. Besok pagi? Mungkin. Dalam perjalanan pulang dari majlis ini nantikah? Mungkin. Itu yang dikatakan mati mendekat. Ia tidak jauh. Kita tidak bisa mencium baunya, tapi ia sangat dekat. Itulah kata Imam Ghazali.

Ada sebuah lagu yang bercerita tentang mati, yang saya modifikasi dari lagu lain. Lagunya singkat saja, beginilah bunyinya ... hayati
liriknya.



Setiap yang bernyawa pasti mati.
Itu sudah dijanji Ilahi.
Pasti nanti kita kan bertemu mati.
Mungkin esok, mungkin juga hari ini.


Dan pasti bila nanti kita kan bertemu mati
Bertemu dengan Tuhan yang menjadikan kita semua
Mengira dosa pahala
Menuju tempat abadi
S
yurga ataupun neraka.


Maksudnya mati ini bisa terjadi kapan pun. Dalam lagu itu dikata "pasti!". Kapan? Tak tahu! Tujuan akhir kita - surga atau neraka.

Hadirin yang dirahmati Allah sekelian,

Selanjutnya Imam Al-Ghazali kata: "Perjalanan itu jauh."
"Akhirat itu depan, dunia itu di belakang. Ajal itu dekat. Perjalanan itu jauh. "

Kenapa dia mengatakan: "Perjalanan itu jauh?" Kita lihat dunia ini, jika kita mahu dapatkan satu-satu pekerjaan yang baik saat dewasa, pun susah. Dari kecil ibu kita menjaga kita, kemudian masuk sekolah pra-sekolah, masuk sekolah rendah, masuk pula sekolah menengah, masuk universitas, hadiri temuduga ... barulah kemudiannya punya pekerjaan. Berapa tahun tu? Berbelas tahun, berpuluh tahun.

Apalagi jika kita menuju alam akhirat, tujuan yang terakhir yaitu surga atau neraka, ada banyak alam. Antaranya alam sakaratul maut - waktu kita ingin mati itu. Kelihatannya sebentar aja, tapi Tuhan bisa untuk memanjangkan tempohnya. Kita kata: "Orang itu mati dengan cepat." Tersengal 3 detik ... mati. Tapi walaupun kita nampak 3 detik, Tuhan bisa untuk memanjangkan waktunya - 24 jam, 2 tahun, 1.000 tahun? Kita tidak tahu. Orang yang mengalaminya itu saja yang tahu. Itulah alam sakaratul maut.